Selasa, 01 Desember 2015

syekh maulana mansyurudin



Mengenal tokoh Syekh Maulana Mansyuruddin Cikadueun – Pandeglang”
https://humaspdg.files.wordpress.com/2010/03/wisata-ziarah-22.jpg?w=640
PANDEGLANG, Bila anak bangsa sudah mulai melupakan sejarahnya, maka hilanglah kebesaran generasi bangsanya. Manusia adalah makhluk pelupa. Kemarin seharusnya menjadi sejarah hari ini. Hari ini menjadi sejarah esok hari. Dan esok menjadi sejarah untuk lusa yang lebih baik. Begitu seterusnya tiada berkesudahan. Tapi ternyata tidak berlaku untuk manusia-manusia pelupa. Fakta-fakta sejarah yang menunjukkan betapa signifikannya peran-peran Ulama dan Santri. Para Ulama dan Santri sudah memperhatikan sejarah mereka di esok hari. Tinggal kita sekarang, apakah akan melanjutkannya atau tetap nyaman menjadi manusia-manusia amnesia. Peristiwa sejarah yang terjadi di tengah bangsa Indonesia sampai hari ini, hakikatnya merupakan kesinambungan masa lalu yang mana fondasinya sudah dipancangkan kuat oleh para Ulama dan Santri. Dan tidak akan cukup kalau kita menuliskannya dalam lembaran artikel sederhana ini. Setidaknya, gambaran sederhana di atas bisa memantik kesadaran kolektif kita tentang sejarah.
Berikut ini sebuah tulisan yang dibuat oleh Tb ikhsan didalam blognya , mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi referensi bagi generasi-generasi muda.

Cerita rakyat yang berhubungan dengan Islamisasi di Banten salah satunya adalah cerita Syekh Mansyuruddin. Menurut ceritanya Sang syekh adalah salah seorang yang menyebarkan agama Islam di derah Banten Selatan. Dengan peninggalannya berupa Batu Qur’an yang sekarang banyak berdatangan wisatawan untuk berzirah atau untuk mandi di sekitar patilasan, karena disana ada kolam pemandian yang ditengah kolam tersebut terdapat batu yang bertuliskan Al-Qur’an.
Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama Sultan Haji, beliau adalah putra Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (raja Banten ke 6). Sekitar tahun 1651 M, Sultan Agung Abdul Fatah berhenti dari kesutanan Banten, dan pemerintahan diserahkan kepada putranya yaitu Sultan Maulana Mansyurudin dan beliau diangkat menjadi Sultan ke 7 Banten, kira-kira selama 2 tahun menjabat menjadi Sultan Banten kemudian berangkat ke Bagdad Iraq untuk mendirikan Negara Banten di tanah Iraq, sehingga kesultanan untuk sementara diserahkan kepada putranya Pangeran Adipati Ishaq atau Sultan Abdul Fadhli. Pada saat berangkat ke Bagdad Iraq, Sultan Maulana Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, ”Apabila engkau mau berangkat mendirikan Negara di Bagdad janganlah menggunakan/ memakai seragam kerajaan nanti engkau akan mendapat malu, dan kalau mau berangkat ke Bagdad untuk tidak mampir ke mana-mana harus langsung ke Bagdad, terkecuali engkau mampir ke Mekkah dan sesudah itu langsung kembali ke Banten. Setibanya di Bagdad, ternyata Sultan Maulana Mansyuruddin tidak sanggup untuk mendirikan Negara Banten di Bagdad sehingga beliau mendapat malu. Didalam perjalanan pulang kembali ke tanah Banten, Sultan Maulana Mansyuruddin lupa pada wasiat Ayahnya, sehingga beliau mampir di pulau Menjeli di kawasan wilayah China, dan menetap kurang lebih 2 tahun di sana, lalu beliau menikah dengan Ratu Jin dan mempunyai putra satu.
Selama Sultan Maulana Mansyuruddin berada di pulau Menjeli China, Sultan Adipati Ishaq di Banten terbujuk oleh Belanda sehingga diangkat menjadi Sultan resmi Banten, tetapi Sultan Agung Abdul Fatah tidak menyetujuinya dikarenakan Sultan Maulana Mansyuruddin masih hidup dan harus menunggu kepulangannya dari Negeri Bagdad, karena adanya perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi kekacauan di Kesultanan Banten. Pada suatu ketika ada seseorang yang baru turun dari kapal mengaku-ngaku sebagai Sultan Maulana Mansyurudin dengan membawa oleh-oleh dari Mekkah. Akhirnya orang-orang di Kesultanan Banten pun percaya bahwa Sultan Maulana Mansyurudin telah pulang termasuk Sultan Adipati Ishaq. Orang yang mengaku sebagai Sultan Maulana Mansyuruddin ternyata adalah raja pendeta keturunan dari Raja Jin yang menguasai Pulau Menjeli China. Selama menjabat sebagai Sultan palsu dan membawa kekacauan di Banten, akhirnya rakyat Banten membenci Sultan dan keluarganya termasuk ayahanda Sultan yaitu Sultan Agung Abdul Fatah. Untuk menghentikan kekacauan di seluruh rakyat Banten Sultan Agung Abdul Fatah dibantu oleh seorang tokoh atau Auliya Alloh yang bernama Pangeran Bu`ang (Tubagus Bu`ang), beliau adalah keturunan dari Sultan Maulana Yusuf (Sultan Banten ke 2) dari Keraton Pekalangan Gede Banten. Sehingga kekacauan dapat diredakan dan rakyat pun membantu Sultan Agung Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang sehingga terjadi pertempuran antara Sultan Maulana Mansyuruddin palsu dengan Sultan Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang yang dibantu oleh rakyat Banten, tetapi dalam pertempuran itu Sultan Agung Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang kalah sehingga dibuang ke daerah Tirtayasa, dari kejadian itu maka rakyat Banten memberi gelar kepada Sultan Agung Abdul Fatah dengan sebutan Sultan Agung Tirtayasa.
Peristiwa adanya pertempuran dan dibuangnya Sultan Agung Abdul Fatah ke Tirtayasa akhirnya sampai ke telinga Sultan Maulana Mansyuruddin di pulau Menjeli China, sehingga beliau teringat akan wasiat ayahandanya lalu beliau pun memutuskan untuk pulang, sebelum pulang ke tanah Banten beliau pergi ke Mekkah untuk memohon ampunan kepada Alloh SWT di Baitulloh karena telah melanggar wasiat ayahnya, setelah sekian lama memohon ampunan, akhirnya semua perasaan bersalah dan semua permohonannya dikabulkan oleh Alloh SWT sampai beliau mendapatkan gelar kewalian dan mempunyai gelar Syekh di Baitulloh. Setelah itu beliau berdoa meminta petunjuk kepada Alloh untuk dapat pulang ke Banten akhirnya beliau mendapatkan petunjuk dan dengan izin Alloh SWT beliau menyelam di sumur zam-zam kemudian muncul suatu mata air yang terdapat batu besar ditengahnya lalu oleh beliau batu tersebut ditulis dengan menggunakan telunjuknya yang tepatnya di daerah Cibulakan Cimanuk Pandeglang Banten di sehingga oleh masyarakat sekitar dikeramatkan dan dikenal dengan nama Keramat Batu Qur`an. Setibanya di Kasultanan Banten dan membereskan semua kekacauan di sana, dan memohon ampunan kepada ayahanda Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa. Sehingga akhirnya Sultan Maulana Mansyuruddin kembali memimpin Kesultanan Banten, selain menjadi seorang Sultan beliau pun mensyiarkan islam di daerah Banten dan sekitarnya.
Dalam perjalanan menyiarkan Islam beliau sampai ke daerah Cikoromoy lalu menikah dengan Nyai Sarinten (Nyi Mas Ratu Sarinten) dalam pernikahannya tersebut beliau mempunyai putra yang bernama Muhammad Sholih yang memiliki julukan Kyai Abu Sholih. Setelah sekian lama tinggal di daerah Cikoromoy terjadi suatu peristiwa dimana Nyi Mas Ratu Sarinten meninggal terbentur batu kali pada saat mandi, beliau terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyi Mas Ratu Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya, akibat peristiwa tersebut maka Syekh Maulana Mansyuru melarang semua keturunannya yaitu para wanita untuk mempunyai rambut yang panjangnya seperti Nyi mas Ratu Sarinten. Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di Pasarean Cikarayu Cimanuk. Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten lalu Syekh Maulana Mansyur pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang dengan membawa Khodam Ki Jemah lalu beliau menikah kembali dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan. Pada suatu hari Syekh Maulana Mansyur menyebarkan syariah agama islam di daerah selatan ke pesisir laut, di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung Sultan Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil bersandar bersama khodamnya Ki Jemah, tiba-tiba pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang menghormati, maka sampai saat ini pohon waru itu tidak ada yang lurus.
Ketika Syekh sedang beristirahat di bawah pohon waru beliau mendengar suara harimau yang berada di pinggir laut. Ketika Syekh menghampiri ternyata kaki harimau tersebut terjepit kima, setelah itu harimau melihat Syekh Maulana Mansyur yang berada di depannya, melihat ada manusia di depannya harimau tersebut pasrah bahwa ajalnya telah dekat, dalam perasaan putus asa harimau itu mengaum kepada Syekh Maulana Mansyur maka atas izin Alloh SWT tiba-tiba Syekh Maulana Mansyur dapat mengerti bahasa binatang, Karena beliau adalah seorang manusia pilihan Alloh dan seorang Auliya dan Waliyulloh. Maka atas izin Alloh pulalah, dan melalui karomahnya beliau kima yang menjepit kaki harimau dapat dilepaskan, setelah itu harimau tersebut di bai`at oleh beliau, lalu beliau pun berbicara “Saya sudah menolong kamu ! saya minta kamu dan anak buah kamu berjanji untuk tidak mengganggu anak, cucu, dan semua keturunan saya”. Kemudian harimau itu menyanggupi dan akhirnya diberikan kalung surat Yasin di lehernya dan diberi nama Si Pincang atau Raden Langlang Buana atau Ki Buyud Kalam. Ternyata harimau itu adalah seorang Raja/Ratu siluman harimau dari semua Pakuwon yang 6. Pakuwon yang lainnya adalah :
1. Ujung Kulon yang dipimpin oleh Ki Maha Dewa
2. Gunung Inten yang dipimpin oleh Ki Bima Laksana
3. Pakuwon Lumajang yang dipimpin oleh Raden Singa Baruang
4. Gunung Pangajaran yang dipimpin oleh Ki Bolegbag Jaya
5. Manjau yang dipimpin oleh Raden Putri
6. Mantiung yang dipimpin oleh Raden langlang Buana atau Ki Buyud Kalam atau si pincang.
Setelah sekian lama menyiarkan islam ke berbagai daerah di banten dan sekitarnya, lalu Syekh Maulana Manyuruddin dan khadamnya Ki Jemah pulang ke Cikaduen. Akhirnya Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672M dan di makamkan di Cikaduen Pandeglang Banten. Hingga kini makam beliau sering diziarahi oleh masyarakat dan dikeramatkan.
Keterangan :
  • Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa dimakamkan di kampung Astana Desa Pakadekan Kecamatan Tirtayasa Kawadanaan Pontang Serang Banten.
  • Cibulakan terdapat di muara sungai Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang Banten
  • Makam Cicaringin terletak di daerah Cikareo Cimanuk Pandeglang Banten
  • Ujung Kulon Desa Cigorondong kecamatan Sumur Kawadanaan Cibaliung kebupaten Pandeglang Banten
  • Gunung Anten terletak di kecamatan Cimarga Kawadanaan Leuwi Damar Rangkas Bitung
  • Pakuan Lumajang terletak di Lampung
  • Gunung Pangajaran terletak di Desa Carita Kawadanaan Labuan Pandeglang, disini tempat latihan silat macan.
  • Majau terletak didesa Majau kecamatan Saketi Kawadanaan Menes Pandeglang Banten
  • Mantiung terletak di desa sumur batu kecamatan Cikeusik Kewadanaan Cibaliung Pandeglang.
  • Ki Jemah dimakamkan di kampong Koncang desa Kadu Gadung kecamatan Cimanuk Pandegang Banten.

ANAK AUTIS



1. Pengertian Autisme
Istilah Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Autisme berasal dari kata auto yang berarti menyendiri, maka kita akan mendapat kesan bahwa individu autisme itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Jadi, autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, kognisi, dan aktivitas imajinasi. Indonesia mengenal masalah autisme sejak tahun 1977.
Gejala autisme mulai tampak sebelum anak berusia berusia tiga tahun. Bahkan pada autisme infatil gejalanya sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk kategori Autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga sapek yaitu kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan tanpa tujuan. Gejala tersebut harus sudah terlihat sebelum usia tiga tahun. Mengingat bahwa tiga aspek tersebut terwujud dalam bentuk yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa autisme merupakan sekumpulan gejala klinis yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
2. Penyebab Anak Autism
        A. Ibu yang dingin
Teori ini mengatakan bahwa sikap ibu yang dingin terhadap kehadiran anaknya menyebabkan anak masuk kedalam dunianya sendiri sehingga ia menjadi autisme. Namun ternyata anak yang mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya terutama ibunya, menunjukan ciri-ciri autisme. Teori tersebut tidak memberi gambaran secara pasti, sehingga hal ini mengakibatkan penanganan yang diberikan kurang tepat bahkan tidak jarang berlawanan dan berakibat kurang menguntungan bagi pekembangan individu autisme.


      B. Lingkungan
Faktor lain penyebab autisme pada anak adalah lingkungan. Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kurang baik dan penuh tekanan, tentunya berisiko pada janin yang dikandungnya. Selain itu lingkungan yang tidak bersih juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.

       C. Genetik
1. Usia orangtua Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit genetic yang sering dihubungkan dengan autisme adalah Tuberous Sclerosis (17-58%) dan syndrome fragile X (20-30%). Disebut Fragile-X karena secara sito genetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang kromosom X 4. Sindrom fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X terangkai) yaitu melalui kromosom X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya karena tidak bisa digolongkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat (carrier).
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita autisme
.
3.  Karakteristik Anak Autisme.

Menurut Delay & Deinaker (1952), dan Marholin & Philips (1976) gejala-gejala autisme yaitu :
a. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang kebawah.
b. Selalu diam sepanjang waktu.
c. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara aneh ia akan mengucapkan atau akan menceriterakan dirinya dengan beberapa kata, kemudian diam menyendiri lagi.
d. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukan rasa takut, tidak punya keingginan yang macam-macam

4. Beberapa Ciri-ciri anak autis

Gangguan Kemampuan Sosial
           Autisme berkaitan dengan gangguan kemampuan sosial yang penderitanya berinteraksi berbeda dengan orang pada umumnya. Pada tingkat gejala ringan, ciri-ciri autisme yang muncul adalah tampak canggung saat berhubungan dengan orang lain, mengeluarkan komentar yang menyinggung orang lain, dan tampak terasing saat berkumpul bersama orang lain. Penderita autis dengan tingkat gejala autis yang parah biasanya tidak suka berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga cenderung menghindari kontak mata1. Pada anak-anak, gejala autis berupa gangguan kemampuan sosial ini dapat terlihat dari ketidaktertarikannya pada permainan bersama serta sulit berbagi dan bermain secara bergantian.
Kesulitan Berempati

                Sangat sulit bagi anak penderita autisme untuk memahami perasaan orang lain, sehingga mereka jarang berempati terhadap orang lain. Mereka juga sulit mengenali dan memahami bahasa tubuh atau intonasi bicara. Saat berbicara dengan orang lain, komunikasi cenderung bersifat satu arah karena mereka lebih banyak membicarakan dirinya sendiri. Untungnya, kemampuan berempati ini dapat dilatih dan meningkat jika mereka rutin diingatkan untuk belajar mempertimbangkan perasaan orang lain.
Tidak Suka Kontak Fisik

              Tak seperti anak lain pada umumnya, sebagian anak penderita autisme tidak menyukai jika mereka disentuh atau dipeluk. Namun, tidak semua menunjukkan gejala yang sama. Sebagian anak dengan autisme sering dan senang memeluk mereka yang dekat dengannya.
Tidak Suka Suara Keras, Beberapa Aroma, dan Cahaya Terang

             Anak penderita autisme umumnya merasa terganggu dengan suara keras yang mengagetkan, perubahan kondisi cahaya, dan perubahan suhu yang mendadak. Diyakini bahwa yang membuat mereka merasa terganggu adalah perubahan mendadak, sehingga mereka tidak bisa mempersiapkan diri terlebih dahulu. Bagi anak-anak dengan autisme, memberitahu mereka tentang sesuatu yang akan terjadi ternyata bermanfaat bagi mereka.
Gangguan Bicara

             Ciri-ciri autisme bisa juga Anda deteksi dengan mengetahui kemampuan bicara pada anak. Diketahui bahwa 40% dari anak-anak dengan autisme tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Sekitar 25-30% dapat mengucapkan beberapa kata pada usia 12-18 bulan, namun sesudahnya kehilangan kemampuan berbicara. Sedangkan sisanya baru dapat berbicara setelah agak besar. Intonasi penderita autisme saat berbicara biasanya cenderung datar dan bersifat formal. Mereka juga suka mengulang kata atau frase tertentu, atau dikenal sebagai echolalia.
Suka Tindakan Berulang

              Anak autis menyukai hal yang sudah pasti sehingga mereka menikmati melakukan rutinitas yang sama terus menerus atau sering melakukan tindakan yang berulang-ulang. Adanya perubahan pada rutinitas sehari-hari akan terasa sangat mengganggu bagi mereka1. Tindakan yang berulang ini dapat bervariasi dan dikenal sebagai stimulating activities (stimming), serta biasanya menjadi suatu obsesi tersendiri bagi penderita autisme.
Perkembangan Tidak Seimbang

             Perkembangan anak pada umumnya bersifat seimbang, artinya perkembangannya meliputi banyak faktor dan bertahap. Sebaliknya, perkembangan pada anak-anak autis cenderung tidak seimbang: perkembangan di satu bidang terjadi dengan cepat namun terhambat di bidang lainnya. Sebagai contoh, perkembangan kemampuan kognitif terjadi dengan pesat namun kemampuan bicara masih terhambat atau perkembangan kemampuan bicara terjadi dengan pesat namun kemampuan motorik masih terhambat.

ASAL-USUL GOLOK CIOMAS



Golok Salam Nunggal
Salah satu Golok Ciomas pernah tercatat dalam rekor MURI sebagai golok terpanjang di Indonesia yang dinamakan Golok Salam Nunggal dengan panjang 7 m, lebar 40 cm dan berat 2 ton merupakan golok yang terbesar juga di dunia. source: okp.ganespa

Bagi anda yang belum tahu tentang  Golok Ciomas, kami akan memberikan sedikit informasi tentang Sejarah Golok Ciomas Banten. Golok yang terkenal dan dikagumi oleh warga Banten ini adalah Golok Ciomas.

Ciomas, sebuah Kecamatan di Provinsi Banten yang berjarak sekitar 20 km selatan Kota Serang, dikenal memiliki tradisi pembuatan golok yang merupakan budaya dan warisan religi masa silam yang masih terjaga kelestariannya hingga kini . 

Golok dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai benda sejenis parang, atau sejenis pedang yang berukuran pendek. Untuk benda semacam itu, di daerah Banten dikenal dua nama yakni golok dan bedog. Secara fisik keduanya sama dan sebangun, namun memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda. 

Bedog adalah peralatan yangpenting dalam keperluan sehari - hari seperti untuk memangkas pohon, menebang bambu, keperluan dapur dan lain-lain. Ada juga sejenis bedog yang bentuknya agak berbeda dengan bedog atau golok dimana bagian ujungnya melengkung ke bawah dandisebut congkrang atau arit. Fungsinya lebih banyak digunakan untuk menyabit rumput atau keperluan di kebun lainnya. Sedangkan golok, umumnya difungsikan sebagai senjatayang dipakai untuk membela diri atau untuk keperluan darurat. Para pendekar di daerah banten dan sekitarnya dikenal sebagai jawara, biasanya memiliki senjata utama berupa golok, begitu juga dengan masyarakat daerah Ciomas yang mempunyai golok yang terkenal yang disebut Golok Ciomas. Bagi masyarakat Ciomas, golok adalah murid dan tempaan adalah gurunya.

Golok Ciomas

Golok Ciomas
Popularitas Golok Ciomas muncul karena banyak hal, terkenal karena keistimewaannya dari segi fungsi dengan ketajamannya yang luar biasa. Konon, karena dibuat secara khusus, kulit yang terluka oleh Golok Ciomas sedikit saja sukar sembuh bahkan dapat membusuk dan menyebabkan kematian. Seolah golok itu memiliki racun yang maha dahsyat hasil karya seorang empu yang sakti. 

Selain itu Golok Ciomas juga diyakini memiliki nilai mistis dimana proses pembuatannya di masa silam melalui tahap - tahap ritual yang hingga sekarang masih terus terjaga sama halnya dengan keris di Jawa. Banyak yang mempercayai bahwa Golok Ciomas sangat ampuh untuk "menaklukkan" musuh, yang pengertiannya adalah musuh bisa "ditaklukkan" tanpa harus mengeluarkan golok dari sarangka-nya dan keyakinan itu berkembang luas di masyarakat, adapun kebenarannya, hanya Allah yang tahu.

Golok Ciomas adalah salah satu jenis senjata khas Banten, yang hingga kini proses pembuatannya masih dilakukan secara turun temurun. Golok Ciomas dibuat atau ditempa dengan besi sakti berupa palu atau godam. Godam sakti itu dijuluki dengan nama si Denok. Bentuk si Denok sendiri, sepintas biasa saja yaitu palu seukuran kepalan tangan dengan gagang kayu, namun nama si Denok identik dengan seorang perempuan dan nama si Denok sendiri berdasarkan dari cerita rakyat.

Godam inilah yang sudah ratusan tahun secara turun temurun digunakan dalam membuat Golok Ciomas hingga hari ini. Godam si Denok dipegang oleh Jamsari 85 tahun keturunan dari Ki Cengkuk. Jamsari adalah seorang petani biasa yang tidak melakukan pande besi membuat golok. Ia hanya memegang palu atau godam saja dan meminjamkannya kepada siapa saja yang membutuhkannya. Ki cengkuk sendiri diyakini oleh masyarakat Ciomas sebagai pemilik godam tersebut. 

Asal mula kicengkuk memiliki godam tersebut dansiapa ki cengkuk itu menjadi cerita rakyat yang berkembang hingga kini. Adapun kebenaran cerita rakyat itu sekali lagi, Wallahualam Bishawab. Godam si Denok ini sepenuhnya telah menjadi "hak milik" warga Ciomas.

Golok Ciomas mempunyai model yang beragam dan tidak ada yang sama persis. Masing - masing memiliki perbedaan dan keunikan sendiri - sendiri, sesuai pesanan pemiliknya. Ada jenis kembang kacang, mamancungan, candung, dan salam nunggal. Ukurannya ada yang kecil, pas di-soren di pinggang, ada pula yang panjang mendekati ukuran pedang. Di dalam hikayatnya, Golok Ciomas bisa dilipat, bisa sangat tipis seperti seng dan aneka bentuk lainnya. Golok Ciomas generasi pertama yang konon dibuat langsung oleh pemiliknya (Ki Cengkuk) dinamakan si Rebo. Golok sepanjang 1 m itu memiliki bentuk khas dan terlihat bekas pautan tangan. Si rebo sampai kini masih disimpan oleh masyarakat Ciomas.

Semoga informasi ini bermanfaat buat anda semua..!!!